Sebenarnya topik ini sudah ingin
saya tulis sesaat setelah erupsi Gunung Merapi di Jogjakarta 4 tahun lalu. Tapi
entah kenapa, mungkin lupa atau malas, hingga kemudian tulisan ini belum
selesai saya tulis. Nah, erupsi yang terjadi di Gunung Sinabung dan Gunung
Kelud baru-baru ini, menggerakkan saya untuk menulis artikel ini kembali. Ditambah
lagi, hasil diskusi ttg efek abu vulkanik pada pesawat, dengan salah seorang rekan saya yang akan segera meninggalkan
Indonesia untuk belajar di Negeri Sakura, semakin memicu saya untuk menulis
artikel ini.
Kita sama-sama tahu, ketika ada kejadian seperti ini, semua jurusan penerbangan yang melalui daerah-daerah yang terselimuti abu vulkanik pasti akan dibatalkan. Bukan hanya ketika abu vulkaniknya masih tebal saja, bahkan mungkin ketika abu vulkaniknya sudah “hilang” beberapa penerbangan masih saja belum beroperasi. Nah, di artikel ini, saya akan coba menjelaskan alasannya.
Namun demikian, karena yang
sempat saya pelajari di bangku kuliah itu tentang Mechanical Engineering, jadi,
pada kesempatan ini, saya hanya akan mengupas pengaruh abu vulkanik pada
pesawat terbang pada sisi mechanical nya saja, lebih ke mesin penggeraknya. Sebenarnya,
ini ranah dari para Aeronautical Engineer
macam Prof. Habibie yang lebih pantas menjelaskannya. Karena sudah barang tentu,
penjelasan mereka akan lebih komprehensif bukan hanya dari sisi engine saja,
tapi juga dari sisi-sisi keselamatan penerbangan lainnya.
Oke, berarti sekarang kita move on ke sisi mesinnya yaa. Hehe.
skema Turbofan engine |
Pesawat komersial menggunakan Turbofan sebagai mesin penggeraknya. Rolls-Royce (UK) dan General Electric (US) adalah perusahaan yang paling masyur dan jago dalam membuat mesin ini. So, untuk awalan saya akan coba beri sedikit gambaran bagaimana mesin Turbofan itu bekerja. Terdiri dari 5 komponen utama, yaitu: Fan, Kompresor, Ruang Pembakaran, Turbin, dan Nosel. Nosel dan Fan berfungsi sebagai komponen penghasil gaya pendorong (thrust), Kompresor berfungsi untuk memasukkan udara bertekanan tinggi ke dalam ruang bakar, Ruang Pembakaran merupakan tempat terjadinya pembakaran antara campuran bahan bakar dan udara bertekanan, sedangkan Turbin berfungsi untuk menghasilkan daya yg digunakan untuk memutar Kompresor dan Fan. Untuk lebih jelasnya, bisa dibuka link video penjelasan Turbofan di bawah ini.
Nah, Ketika pesawat terbang dalam
awan atau area yang terdapat abu vulkanik. Besar kemungkinan abu vulkanik akan
masuk ke dalam Turbofan.
Lalu, apa yang terjadi jika abu
vulkanik terdapat di dalam Turbofan?
Sejak berpuluh tahun lalu, abu
selalu menjadi masalah dalam pembakaran di setiap komponen penghasil panas lain
seperti pada Ketel Uap (Boiler) di pembangkit
listrik. Abu terdapat di
dalam batubara yang menjadi bahan bakar utama di Boiler. Namun demikian, Turbofan berbeda
dengan Boiler yang memang sudah di
desain untuk menerima abu dalam pembakarannya, sedangkan Turbofan tidak ingin
ada abu di dalam proses pembakarannya.
Apa yang terjadi pada abu dalam
proses pembakaran? Walaupun abu tidak terbakar pada proses pembakaran, namun abu
memiliki efek buruk pada proses pembakaran. Ada istilah di dalam standar
pengujian yang disebut: Ash Fusion
Temperature. Istilah ini menunjukkan kondisi temperatur dimana partikel abu
akan meleleh dan membentuk suatu gumpalan cair jika bertemu dengan partikel-partikel
abu lainnya. Dan ketika temperatur lelehan abu itu beranjak turun dari Ash Fusion Temperature-nya, lelehan
tersebut akan membeku dan membentuk yang biasa disebut dengan Slag. Pada boiler, terbentuknya slag
ini akan sangat merugikan dalam proses perpindahan panas.
slag yang menempel pada pipa-pipa penukar panas di boiler |
Nah, kabarnya, abu vulkanik yang dihasilkan dari erupsi gunung berapi itu punya Ash Fusion Temperature yang rendah (sekitar 1100 °C). Rendahnya Ash Fusion Temperature ini, akan menyebabkan slag tidak hanya terbentuk setelah pembakaran, bahkan sebelum pembakaran!! Sementara itu, biasanya, temperatur ruang pembakaran itu sekitar 1500 sampai 2000 °C.
Kira-kira, apa yang bisa terjadi
dengan adanya abu dan terbentuknya slag
pada Turbofan? Ada beberapa bahaya yang berefek langsung dan tidak langsung.
Efek langsung
Dalam Turbofan, yang paling
berbahaya adalah jika slag ini
menempel/menutupi luasan area pada Nozzle
Guide Vanes (NGV) yang bertekanan tinggi. Nosel ini berfungsi untuk
mengarahkan gas hasil pembakaran ke Turbin dimana nantinya gas buang itu akan
digunakan untuk memutar Turbin. Jika luasan area dari nosel ini berkurang,
tentu daya Turbin akan berkurang yang berakibat daya yang digunakan untuk
memutar Kompresor juga berkurang. Jika daya untuk memutar Kompresor berkurang,
maka tekanan udara sebelum masuk Ruang Pembakaran akan berkurang drastis. Perbedaan
tekanan yang signifikan antara Ruang Pembakaran (lebih tinggi) dan Kompresor
(lebih rendah), akan menyebabkan adanya Aliran
Balik api dan gas buang ke Kompresor. Api dan gas buang yang seharusnya
mengarah ke Turbin, akan berbalik menuju Kompresor dan ekstrimnya, akan
menyebabkan terlihatnya Api dan Gas Panas yang keluar dari ujung depan mesin
Turbofan. Kondisi seperti ini disebut Engine
Surge. Kondisi ini akan meningkatkan temperatur mesin secara drastis dan
pada akhirnya mesin akan stop, berhenti bekerja.
Skenario lain yang mungkin terjadi adalah jika slag tersebut menutupi sensor temperatur pada Ruang Pembakaran. Jika ini terjadi, maka akan mengganggu pembacaan sensor temperatur dalam ruang bakar. Temperatur yang ditunjukkan oleh sensor akan lebih rendah dari temperatur yang sebenarnya. Hal ini akan membuat injektor akan menyuplai bahan bakar jauh lebih banyak dari campuran stoikiometri. Kelebihan bahan bakar ini akan membuat api yang sangat besar yang mengakibatkan meningkatnya temperatur mesin Turbofan secara drastis. Dan lagi-lagi, kenaikan temperatur yang terlampau ekstrim dalam waktu yg singkat, akan menyebabkan mesin mati, berhenti bekerja.
Skenario lain yang mungkin terjadi adalah jika slag tersebut menutupi sensor temperatur pada Ruang Pembakaran. Jika ini terjadi, maka akan mengganggu pembacaan sensor temperatur dalam ruang bakar. Temperatur yang ditunjukkan oleh sensor akan lebih rendah dari temperatur yang sebenarnya. Hal ini akan membuat injektor akan menyuplai bahan bakar jauh lebih banyak dari campuran stoikiometri. Kelebihan bahan bakar ini akan membuat api yang sangat besar yang mengakibatkan meningkatnya temperatur mesin Turbofan secara drastis. Dan lagi-lagi, kenaikan temperatur yang terlampau ekstrim dalam waktu yg singkat, akan menyebabkan mesin mati, berhenti bekerja.
British Airways |
Kejadian ini pernah dialami oleh British Airways Flight 9, yang terbang dari London Heathrow (UK) ke Auckland (New Zealand) pada tanggal 24 Juni 1982. Ketika itu, Pesawat Boeing 747-236B yang bermesin 4 buatan Rolls-Royce itu, sedang melintasi langit nusantara kita (di sekitar Jakarta) dengan ketinggian sekitar 12000 meter. Dan saat itu juga, Gunung Galunggung baru saja erupsi! Tiba-tiba, pada ketinggian sekitar 12 km itu, di ujung depan keempat mesin Rolls-Royce itu mengeluarkan api yang kemudian mengakibatkan keempat mesin itu mati seketika!!! Dengan mesin yang mati dan ketinggian yang terus berkurang, meskipun sempat panik, si pilot mengarahkan pesawat itu untuk mencoba mendarat darurat di Samudra Hindia. Namun ketika Boeing 747-236 B itu berada pada ketinggan 4000 meter, pilot yang selalu mencoba untuk melakukan prosedur restart engine sejak mesin mati, akhirnya dapat membuat keempat mesin itu hidup kembali walaupun pada akhirnya hanya 2 mesin yang berhasil hidup sempurna. Akhirnya, maskapai British Airways itu bisa mendarat darurat di Bandara Halim Perdana Kusuma. Sejak itu, kejadian ini diingat dengan nama Jakarta Incident. Untuk mengetahui kisah mendebarkan ini, bisa dibuka dua link artikel dan satu link video di bawah ini.
Efek tidak langsung
Slag yang terbentuk dari abu
dapat juga menempel pada nosel bahan bakar. Hal ini tentunya akan merusak rasio
pencampuran udara dan bahan bakar yang akan mengakibatnya turunnya efisiensi
pembakaran yang juga akan berakibat menurunkan performa mesin.
Slag juga dapat menempel/menutupi
pada lubang-lubang udara yang berfungsi untuk mendinginkan mesin. Hal ini
tentunya akan meningkatkan temperatur mesin yang secara perlahan dan pasti mempercepat
kegagalan mesin akibat kelelahan termal.
Abu vulkanik dikenal dengan
sifatnya yang keras dan tajam. Jika abu vulkanik terus menerus menumbuk sudu
Fan dan Kompresor, secara perlahan dan pasti, hal ini sudah barang tentu akan
merusak sudu-sudu Kompresor dan Fan serta komponen lainnya yang akan berakibat turunnya performa
mesin.
Mungkin ini saja yang bisa saya bagikan untuk rekan2 pembaca semua. Kalo ada suhu-suhu dan rekan-rekan yang
lebih punya pengalaman di bidang ini, saya mohon koreksi dan masukannya.
Jangan lupa doakan dan bantu
saudara-saudara kita yang sekarang sedang ditimpa musibah akibat erupsi gunung
berapi ini. Di sisi lain, kita harus banyak bersyukur, akibat erupsi gunung
berapi ini jugalah yang membuat tanah-tanah di negeri kita tercinta ini dikenal
sebagai salah satu tanah tersubur di dunia. Tongkat kayu dan batu, jadi
tanaman!! Dan perlu diingat juga, potensi 40% Energi Panas Bumi di Dunia itu ada
di Indonesia!! Ini juga akibat dari gunung-gunung berapi yang melingkari
Tanah Air kita ini.
blogmu isinya bola semua (^^ ;) untung ada satu post ini yg menarik dan memberi pengetahuan lebih
ReplyDeletekeep writing mr.engineering. hahaha
selamat datang bu dokter di blog sederhana saya.
Deletebrarti km belum ngeksplor semua ni. di postingan2 sblmnya buanyak lo yg tttg engineering. hehe.
someday, i will pay your visit
salam kenal lord
ReplyDeleteDi singkat dong
ReplyDelete