Pages

Sunday, May 31, 2009

maka nikmat tuhan kamu manakah yang kamu dustakan

Kawanku, mungkin selama ini, kita sudah tahu, bahwa yang namanya rizqi dan segala yang kita dapatkan selama kita hidup di muka bumi ini adalah dari Allah. Namun, pada prakteknya, apakah kita sudah bener2 memahami dan menghayati secara sungguh-sungguh tentang rizqi dari Allah itu? Disini, mungkin saya akan berbagi sedikit cerita yang mudah2an dapat memberi inspirasi bagi teman-teman semua.


Pengalaman pribadi ini saya alami kalo tidak salah saat saya kelas 2 SMP, yaitu menjelang hari raya Idul Adha. Lebih tepatnya, pengalaman ini merupakan pengalaman pribadi keluarga saya. Pada saat itu, bisa dibilang keadaan ekonomi keluarga saya benar2 sedang diuji oleh Allah. Saat itu, Allah menahan rizqi yang diberikan untuk keluarga kami, sehingga bisa dikatakan, saat itu kami sedang dalam keadaan kekurangan. Saat itu, uang yang tersisa di rekening bank kami berjumlah sekitar 1,5jt (uang di bank tersebut mulanya lebih banyak). Tiap bulannya, uang tersebut harus selalu diambil karena memang, pengeluaran kami lebih besar dari pemasukan. Walaupun sudah ditekan dari segi konsumsi, namun, saat itu memang ada beberapa pengeluaran yang tidak bisa dikurangi yang menyebabkan pengeluaran kami lebih besar dari pendapatan. Kemudian, karena saat itu, perayaan hari raya Qurban semakin dekat, edaran dari masjid untuk berkurban pun sampai ke rumah. Karena biasanya kami berkurban dalam bentuk sapi, saat itu 1/7 harga sapi, sekitar 600-700rb. Dengan alasan kekurangan biaya dan berbagai pertimbangan lain, akhirnya kami sekeluarga sepakat untuk tidak berkurban pada tahun itu.

Namun, seketika, semua itu berubah saat Takmir masjid mengadakan pengajian dalam rangsa menyongsong Idul Adha. Allah pun menunjukkan jalanNya, sehingga kami sekeluarga diberikan kemudahan untuk hadir dalam majelis ilmu tersebut. Dalam kajian itu, dibahas tentang wajibnya berqurban. Ust. Wijayanto yang saat itu sebagai pembicara, memberikan contoh bahwa Rasulullah teladan dalam berqurban, saat beliau sedang diberi kemampuan lebih, beliau selalu berqurban 100 ekor unta, sedangkan dalam keadaan beliau sedang sangat kekurangan, beliau tetap berkurban walaupun hanya dengan 2 ekor kambing. Subhanallah, disaat beliau kekurangan pun beliau masih bisa berkurban. Saat itu, saya merasa tersindir, karena memang keluarga kami sudah berencana untuk tidak berkurban. Hanya karena alasan kekurangan (walaupun sebenarnya cukup). Kami terlalu mengkhawatirkan masa depan yang memang belum pasti.

Diakhir kesempatan, ust. Wijayanto memberikan sebuah cerita. Beliau bertanya kepada jamaah, “Bagaimana jika ada yang menawarkan kita motor Honda grand second tahun 2000 dengan harga 2 jt.?”. Beliau pun menyambung, “Pasti bapak ibu sekalian langsung mengambil dompet untuk segera membeli motor itu.” (sebenarnya gaya ustad ngomong enggak kyk gini, ini jadi lebih formal. Karena beliau biasanya ngomongnya lebih santai dan dengan rasa humor yang tinggi).
Kemudian, beliau bertanya lagi, “Bagaimana kira2 jika kita punya uang 2,5 jt, kemudian anda ingin membeli motor Honda tadi, sedangkan idul adha semakin dekat?”
Beliau langsung menjawab, “pasti yang dipilih yang motor kan? Pasti alasannya ‘mumpung harganya murah’ (karena biasanya harga motor honda bekas saat itu sekitar 5jt-an)“.

Saat itu, diri ini serasa ditampar oleh Allah. Semua hal ustadz berikan saat kajian itu, benar2 mengingatkan saya. Kenapa sih kita masih harus hitung2an untung rugi dengan Allah?
Singkat cerita, sesampainya dirumah, kami sekeluarga sempat terdiam sejenak. Saat itu, saya terintas untuk mencoba menanyakan kepada ayah-ibu saya, ‘apakah kita akan berkurban?’. Sebelum saya sempat menanyakannya, ternyata ayah ibu saya langsung mengajak kami (saya dan adik saya) diskusi. Demi Dzat Yang Maha Memberi Petunjuk, dengan diskusi yang singkat, kami seluruh anggota keluarga sepakat untuk berkurban. Saat itu pula, ibu saya meyakinkan saya dan adik saya, bahwa Allah pemilik segalaNYA, dan Dia lah Yang Maha Kaya, tidak mungkin Dia membiarkan hambanya kesulitan.

Akhirnya, kami pun berkurban bermodal keyakinan bahwa barangsiapa yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, insyaAllah tidak akan pernah rugi. kurang lebih 1 pekan dari hari kurban, Allah menunjukkan sebagian kecil dari kuasaNya.

Sungguh, Demi Dzat Yang Maha Kaya dan Kuasa atas segalanya, Alhamdulillah Allah kemudian membukakan pintu rizqi bagi kami sekeluarga. Tiba-tiba ayah saya mendapatkan beberapa proyek diluar pekerjaannya sebagai dosen. Ditambah proposal penelitian beliau (yang nilainya cukup besar) juga diterima. Alhamdulillah, dari semua itu ayah dan ibu saya bisa naik haji. Padahal sebelumnya, ayah dan ibu saya belum berencana apa2 untuk berhaji. Namun, karena memang Allah telah memberikan kami kemampuan, ayah dan ibu saya sesegera mungkin melaksanakannya. Alhamdulillah, kelonggaran rizqi tersebut masih kami syukuri sampai saat ini.
Sekelumit cerita diatas, benar2 kami alami sekeluarga. Dan saya pribadi merasakan, Subhanallah, Allah benar2 Maha Kaya. Saat kita rela dengan ikhlas untuk berkorban untuk Allah, PASTI dan PASTI, Allah akan membalasnya.

Namun, perlu kita tahu, bahwa balasan Allah bisa bermacam-macam bentuk dan waktunya. Mungkin untuk kasus yang saya alami diatas, Allah langsung membalasnya dan bentuknya berupa harta. Namun, mungkin, balasan dari Allah bisa diberikan beberapa tahun sesudahnya atau kapanpun sesuai kehendak Allah. Sahabatku, yang harus kita yakini adalah, balasan yang hakiki dari Allah adalah di akhirat nanti. Dan itulah yang akan sangat kita harapkan, untuk membantu kita dalam penghisaban masing2 dari kita.

Mudah2an pengalaman diatas, bisa memberi inspirasi bagi teman2 sekalian, untuk terus berbuat baik dan rela berkoban apapun untuk Allah. Apapun cobaan dari Allah, saat kita bisa bersabar, syukur dan ikhlas dalam menerima dan menjalaninya, insyaAllah balasan yang akan kita raih tidak sedikit. InsyaAllah.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu. Tetapi, jika kamu mengingkari (kufur terhadap nikmat Allah), maka adzab-Ku sangatlah pedih.” (QS Ibrahim : 7)

5 comments:

  1. mulai sekarang mungkin harus belajar utk menghitung harta bukan dari apa yang dimiliki sekarang, mlainkan apa yang terlah kita brikan di jalan Allah...sip sip

    ReplyDelete
  2. ikhlas itu, keluar dari ego kita untuk memenuhi keinginan Alloh
    [let's see QS 4:100]

    ReplyDelete
  3. bagusbagus....

    emang perlu sering diingetin nih,

    rezeki mungkin belum turun karena kita memang belum siap menerimanya,atau, Allah perlu menaikkelaskan kita dulu sebelum mendptkan rezeki.

    @noerma123 : setuju,,ayo gede2an investasi di jalanNya,,,

    ReplyDelete
  4. Adrian...aku tertohok...!!

    Mb noe...komennya juga menohok saya...T__T

    kenapa masih itung2an dgn Allah? ya, kenapa? yg udah dikeluarkan di jalan-Nya...berapa ya? hoaaaa...benar2 tertohok...:((


    [btw Ad, akhirnya aku berhasil ngomeni kamu]

    ReplyDelete