sebuah analogi yang disampaikan oleh salah seorang ustad, pengisi ceramah subuh, di hari ke 22 bulan ramadhan, di sebuah masjid di kota jogja. Walaupun mungkin agak terdengar kasar, tapi mudah2an bisa menjadi 'tamparan' positif bagi kita semua. Amin
Anjing, di kalangan orang barat merupakan hewan yang sangat dekat dengan manusia. Anjing hampir selalu menjadi piaraan di setiap keluarga. Biasanya, mereka menjadi penjaga rumah atau hanya sekedar menjadi piaraan biasa. Anjing mempunyai keistimewaan, dia sangat setia dan sangat sayang kepada orang2 yang memeliharanya. Apalagi jika anjing tersebut sudah dipelihara sejak kecil. Ketika majikannya mengajak jalan2 ataupun aktivitas lainnya, sudah barang tentu anjing peliharaan tersebut akan menuruti perintah dari majikannya. Bahkan beberapa jenis anjing tertentu, menyalak dan akan melindungi ketika majikannya sedang dalam keadaan bahaya.
Jika hal ini dianalogikan dengan kita, sudah sepantasnya dan sepatutnya kita malu. Sifat yg dimiliki anjing tersebut, ternyata belum tentu dimiliki kita (entah itu memang tidak dimiliki, atau memang kitanya yang tidak tahu terimakasih). Sementara Allah telah memberikan segala nikmat kepada kita, untuk kita hidup dan segala yang ada di dunia ini. Namun, sebandingkah apa2 yang telah kita berikan untuk Allah? Sudahkah kita menjalankan apa yang Dia perintahkan? Sudahkah kita meninggalkan apa yang Dia larang?
Tidak perlu bingung untuk mencari contoh.
Setiap hari Allah memanggil kita 5 kali untuk memakmurkan rumahNYA (terutama untuk para lelaki). Namun apa yang kita lakukan?sudahkah kita memenuhi panggilanNYA? ataukah kita justru mangkir dari panggilanNYA, sementara kita mampu? astaghfirullah
itu baru sebuah kasus yang paling sederhana, belum lagi perintah2 dan larangan2 Allah yang lain.
sungguh, jikalau kita memang seperti itu, kita benar2 lebih hina dari seekor anjing.
Naudzubillah
No comments:
Post a Comment