Pages

Tuesday, October 16, 2012

Mobil Listrik Indonesia?


Dalam beberapa bulan yang lalu, isu mengenai kenaikan harga bbm berhembus di negeri kita tercinta ini. Pro dan kontra pun muncul akibat dari keputusan pemerintah yang saat itu berencana untuk menaikkan harga bbm. Namun pada akhirnya pemerintah negeri ini harus mengalah akibat permintaan rakyat yang sangat kuat agar pemerintah tidak menaikkan harga bbm. Namun hal ini bukan berarti masalah bbm ini sudah mendapat solusi. Tidak naiknya harga bbm ini sifatnya hanya sementara. Isu yang sama pasti akan berhembus lagi dalam beberapa bulan ke depan, atau setidaknya tahun depan. Maka dari itu, diperlukan solusi yang konkret untuk mengatasi masalah ini. 

Beberapa usulan solusi untuk masalah bbm pun muncul. Diantaranya :
  •  Konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas.
  •  Perbaikan dan peningkatan transportasi umum
  • Konversi bahan bakar ke motor listrik
Dari opsi yang ada, pilihan yang ketiga menjadi pilihan yang cukup populer akhir-akhir ini. Mungkin hal ini disebabkan oleh menteri BUMN kita tercinta, Dahlan Iskan, yang sangat getol dalam menjalankan pengadaan program mobil listrik nasional ini. Beliau pun merektrut empat insinyur jebolan perguruan tinggi terbaik di Indonesia untuk membuat prototipe dari mobil listrik Indonesia ini. Beliau pun juga dengan semangat menulis tentang perkembangan pembuatan mobil listrik ini dalam kolom pribadi di surat kabar kebanggaannya, Jawa Pos. Tulisan tersebut pun diabadikan didalam blog yang dibuat orang lain yang kagum dengan sosok Dahlan Iskan.

Dari keempat orang yang dimintai tolong oleh pak menteri, Ir. Dasep Ahmadi, yang merupakan lulusan dari teknik mesin ITB itu, mampu menyelesaikan mobil listrik tersebut lebih dulu. Membuat mobil listrik tentu saja bukan menjadi hal yang sulit bagi beliau. Bagaimana tidak sulit, jika beliau saja mampu membuat mesin perkakas presisi pertama asli buatan Indonesia sehingga menyebabkan beliau mendapatkan penghargaan The Habibie Awards.


Tanpa bermaksud untuk tidak menghargai kerja keras dari berbagai pihak, menurut kami, usaha dalam menggalakkan program mobil listrik nasional tidak akan berhasil. Pendapat ini bukan pendapat tanpa alasan yang kuat. Berikut beberapa analisis menurut kami.

Analisis ini kami bagi menjadi 2, yang pertama jika pemerintah tidak ikut bergerak dalam program ini. Masalah yang timbul mungkin hanya akan berkisar di masalah politik. Namun ini merupakan masalah yang paling pokok.
  1.    Izin yang belum tentu didapat oleh produsen. Jika tidak mendapatkan izin, maka produsen mobil listrik tersebut tidak dapat menjual produknya. Dan bayangkan dengan kompetitor yang ada , apakah mereka akan tinggal diam? Contoh kompetitor, Honda, Toyota, Suzuki, Kia, dll
  2.   Jika kita menilik ke Eropa atau Amerika yang notabene nya lebih maju dibandingkan negeri kita, kenapa di Eropa maupun Amerika tidak banyak yang menggunakan mobil listrik? Mobil berbahan bakar minyak atau gas masih lebih populer dibandingkan mobil istrik disana. Menurut beberapa pengamat, hal ini disebabkan oleh perusahaan minyak itu sendiri. Keberadaan perusahaan minyak yang begitu kuat, menyebabkan perkembangan mobil listrik di Eropa maupun Amerika jadi terhambat. Disana, mobil yang memiliki sistem hybrid lebih banyak dipakai dibandingkan dengan mobil yang hanya menggunakan tenaga listrik.

 Yang kedua jika pemerintah ikut mendukung dengan kebijakannya. Masalah bukan timbul dari ranah politik lagi. Pilihan masyarakat lah yang akan menentukan.
  1.  Kita tahu bahwa ketersediaan mobil listrik tidak bisa mendekati 100%. Karena untuk masa pengisian baterai dibutuhkan waktu kurang kebih 2 jam. Itupun sangat terbatas penggunaannya, tidak bisa digunakan untuk perjalanan jauh. Sedangkan untuk mobil berbahan bakar minyak, hanya memerlukan waktu kurang dari 5 menit untuk melakukan pengisian bahan bakar. Mobil berbahan bakar minyak juga lebih praktis jika digunakan keluar kota, karena sudah banyak pom bensin yang terinstal di setiap ruas jalan utama. jika anda sebagai masyarakat, mana yang akan anda pilih?
  2. Sekalipun anda memilih untuk tetap memiliki mobil listrik, saya yakin anda juga akan memiliki mobil berbahan bakar minyak. Karena pertimbangan kekurangan yang dimiliki oleh mobil listrik sepertik yang disebutkan diatas. Maka dari itu, bisa dikatakan mobil ilstrik bukan bersifat substitusi, melainkan adisi. Konsekuensi dari kejadian ini akan menambah padat volume kendaraan di jalan raya. Hal ini hanya akan semakin memperparah kemacetan-kemacetan yang terjadi di kota besar, meskipun konsumsi bbm akan berkurang.
Inilah yang menjadi alasan kenapa saya tidak yakin dengan adanya proyek mobil listrik nasional. Cmiiw.

Menurut kami, solusi yang paling tepat adalah mengkonsentrasikan semuanya ke transportasi massal. Termasuk konversi bahan bakar minyak ke motor listrik. Bus dan kereta lah yang sebaiknya dikonversi menjadi bertenaga listrik. Sejauh ini PT KAI dan LIPI telah menciptakan bus dan kereta api listrik, namun karena penggunaannya belum banyak, produk-produk ini masih belum dapat diproduksi secara massal.

Dengan transportasi massal yang baik, secara otomatis pengguna kendaraan pribadi di jalan akan berkurang untuk menghindari kemacetan. Menurut kami, transportasi umum yang baik itu seperti :
  1. Dapat menjangkau seluruh kota dengan trayek yang ada. Setiap jenis transportasi harus mencapai tempat-tempat publik seperti, bandara, stasiun utama kereta api, tempat wisata, perkantoran, sekolah, dan semacamnya.
  2. Memiliki frekuensi yang besar.
  3. Memberikan kenyamanan dan ketertiban pada pengguna jasa nya.

Walaupun tulisan ini masih sebatas teori belaka, namun menurut beberapa pengalaman yang sudah dilakukan di berbagai negara, sistem inilah yang terbaik. Berikut saya lampirkan beberapa dokumentasi saya selama berpetualang di sebuah negeri di Eropa yang pertama kali menerapkan sistem underground train.
jalan masuknya
petunjuk perjalanan yg lengkap
suasana kereta yang nyaman dan bersih

stasiun dekat stamford bridge. mengakses tempat2 ramai

jarak antar kereta yang sangat dekat

Semoga tulisan ini dapat membuka wawasan dan menjadikan semangat bagi yang bercita-cita untuk membangun Indonesia.

No comments:

Post a Comment