Pages

Friday, May 3, 2013

Alasan kenapa mobil listrik tidak akan berhasil di Indonesia


Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan saya sebelumnya tentang Mobil Listrik Indonesia?. Jadi, pantang membaca tulisan ini sebelum baca tulisan sebelumnya, nanti takut salah paham.

Tulisan ini bermaksud untuk memperjelas dan mempertegas tulisan saya tersebut.  Tulisan ini bukan bermaksud untuk meneyepelekan pihak-pihak yang sudah bersusah payah memperjuangkan rencana mobil listrik ini, namun bermaksud untuk berbagi pandangan yang lebih logis, yang mudah-mudahan dapat membangun dan memberi wawasan bagi kita semua. Karena secara personal, menurut saya, bagaimanapun transportasi massal bertenaga listrik memberikan solusi yang lebih baik dibandingkan hanya berharap pada mobil listrik saja.


Sebagai rakyat Indonesia, kita semua sama-sama tahu bahwa dalam 1,5 tahun terakhir mobil listrik menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan. Bermula dari mobil listrik yand digaungkan Menteri BUMN kita tercinta, Bapak Dahlan Iskan, hingga kemudian merambat hingga berbagai tokoh-tokoh nasional di Indonesia. Kejadian yang terjadi begitu cepat ini, seakan-akan membuat harapan bagi Indonesia tentang suatu terobosan baru yang mampu diciptakan Bangsa Indonesia sendiri. 

Meilihat antusias yang begitu luar biasa dari para kalangan tokoh nasional, sebagian rakyat pun sontak mendukung program adanya mobil nasional ini, meskipun mereka tidak begitu paham dengan mobi listrik itu sendiri. Mereka yang berkuasa di negeri Indonesia ini pun kemudian mengadakan ‘perlombaan’ bagi para pihak-pihak yang mampu membuat mobil nasional. Dari kalangan perguruan tinggi ternama dan pribadi pun turut terjun dalam proyek ini. 

Karena tidak setuju dengan gagasan tersebut, saya pun berdiskusi dengan rekan2 dan beberapa dosen di perguruan tinggi dimana saya menuntut ilmu. Ternyata, ‘guru2’ saya disana pun sebagian besar memiliki jalan pikiran yang mirip dengan saya. Kurang lebih ada beberapa alasan yang logis terkait tidak memungkinkannya proyek mobil listrik di Indonesia.


1.       Listrik itu sulit disimpan.
 
     Inilah alasan utama kenapa energi listrik ini sulit digunakan untuk kendaraan pribadi. Listrik tidak bisa/sulit disimpan. Hingga saat ini, penyimpanan listrik dapat dilakukan hanya dalam baterai dimana dari baterai tersebut yang dihasilkan adalah listrik DC. perkembangan baterai sejauh ini tidak begitu signifikan. Sejak ditemukan pertama kali, baterai baru berevolusi menjadi Litium yang dapat menyimpan energi lebih banyak dibandingkan dengan baterai elemen kering. kelemahan yang dimiliki baterai adalah baterai tidak mampu menyimpan daya yang besar dan membutuhkan waktu yang cukup lama saat pengisian (charging).Maka dari itu, baterai tidak bisa mengakomodasi kebutuhan daya-daya yang besar. Bus dan truk biasanya menggunakan instalasi kelistrikan sendiri sebagai sumber energi listriknya. Oleh karena itu, dalam sisi mobilisasi, mobil listrik akan sangat kalah tertinggal jika dibandingkan dengan mobil berbahan bakar minyak karena daya listrik yang dapat disimpan dalam baterai terbatas.

     Selain itu perlu kita ingat bahwa rakyat Indonesia punya tradisi mudik dan infrastruktur yang belum terbangun dengan baik. Hal ini tentu akan semakin membuat posisi mobil listrik semakin sulit untuk bisa bersaing dengan mobil berbahan bakar minyak.

     Tahap yang lebih baik seharusnya dilakukan pada penelitian lebih dalam tentang penyimpanan tenaga listrik. Fokus penelitian dilakukan untuk meningkatkan kualitas baterai atau menciptakan suatu sistem baru yang dapat menyimpan energi listrik lebih banyak dalam waktu yang cepat.


2.       Mobil listrik Indonesia dan mobil berBBM sama-sama tidak ramah lingkungan
 
   Loh, tapi kan mobil listrik tidak menghasilkan emisi? Jadi mau tidak mau kita tetap harus  melestarikan mobil listrik ini meskipun rintangan yang harus dilalui tidak mudah.

     Anda Yakin? Oke, mari kita analisis.

    Adalah benar jika suatu mobil istrik itu bertenaga dari motor listrik yang bersumber dari baterai. Sistem tersebut sama sekali tidak menghasilkan emisi gas buang seperti mobil berbahan bakar minyak lainnya. Namun demikian, ada hal yang harus kita sadari bahwa “listrik itu bukan sumber energi utama”. Listrik merupakan suatu bentuk konversi energi dari suatu energi utama lainnya.

    Di Indonesia, Minyak, Gas alam dan Batubara merupakan sumber energi utama yang biasanya digunakan sebagai sumber energi utama dalam proses pembangkitan listrik. Batubara merupakan sumber utama yang paling sering di setiap PLTU di Indonesia. Hasil pembakaran bahan bakar fosil tersebut tentunya akan menghasilkan produk berupa gas-gas polusi. Jika semua mobil berbahan bakar minyak tersebut diganti dengan mobil listrik, mungkin di setiap ruas jalanan kota-kota besar akan terasa segar karena polusi dari kendaraan yang berkurang, namun tidak dengan area sekitar PLTU. Di area sekitar PLTU akan dipenuhi oleh polusi udara yang lebih berat dibandingkan sebelumnya. Jika hukum kekekalan massa berlaku, maka SELURUH POLUSI YANG ADA di JALAN RAYA AKAN TERPUSAT pada AREA PLTU atau pembangkit listrik lainnya.


Masih mau bilang mobil listrik itu ramah lingkungan? :)

Loh bagaimana dengan pembangkit listrik lainnya seperti geothermal (panas bumi) dan PLTA? Bukankah pembangkit listrik-pembangkit listrik tersebut ramah lingkungan?

Benar, geothermal (panas bumi) dan PLTA merupakan pembangkit listrik yang tidak menghasilkan emisi yang dapat merusak lingkungan. Namun demikian, di negeri kita tercinta ini, penggunaan pembangkit listrik tersebut masih sangat sedikit. Hal ini besar kemungkinan disebabkan oleh besarnya biaya yang dibutuhkan untuk investasi awal.

     FYI, untuk membuat satu sumur geothermal, dibutuhkan biaya sekitar 5 Juta Dollar. Setelah sumur jadi, sumur tersebut harus dites hingga mampu menghasilkan uap dalam debit yang sudah ditentukan selama 2 bulan. Jika kurang dari 2 bulan sumur tersebut mengalami penurunan debit yang signifikan, maka sumur tersebut gagal. Kira2, 10 sumur geothermal hanya mampu menghasilkan daya listrik kurang dari 75 MW. Bisa bayangkan betapa mahal investasinya kan?

    Sementara itu, PLTA juga membutuhkan dana yang besar untuk melakukan pembebasan lahan, pembuatan DAM, pembuatan aliran baru, dll. Selain itu, faktor terbesar dalam PLTA adalah ketergantungannya pada debit dan head air yang ada. Di Indonesia, debit dan head sungai-sungai cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan negara seperti Belanda, Swiss, China, Brazil, Argentina, Amerika, Kanada, dll yang memiliki debit yang besar dan head yang tinggi di sepanjang tahunnya. Potensi PLTA di Indonesia hanya dimiliki di daerah-daerah tertentu seperti Sumatra, Kalimantan dan Papua.

Oleh karena itu, untuk saat ini, listrik di Indonesia itu menimbulkan polusi sehingga ramah lingkungan jangan dijadikan slogan atau motivasi sebagai alasan dibuatnya mobil listrik Indonesia


3.       Mobil listrik bukan solusi dari kemacetan
 
   Kemacetan semakin tahun menjadi masalah serius untuk negera ini. Pemerintahan yang tidak mempunyai karakter yang kuat menyebabkan (salah satunya) pembangunan infrastruktur yang carut marut. Hal ini membuat masyarakat lebih suka mempunyai fasilitas-fasilitas pribadi yang bisa memudahkan mereka dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan harus menunggu fasilitas dari pemerintah yang tidak jelas kapan dan bagaimana realisasinya.


    Karena mobil listrik tidak fleksibel jika digunakan dalam medan yang berat dan sulit, maka mobil listrik tidak bisa menggantikan peran dari mobil yang berbahan bakar minyak. Oleh karena itu, selama transportasi umum masih belum baik, kebanyakan orang akan memilih untuk tetap mempertahankan mobil berbahan bakar minyaknya kendati dia memiliki mobil listrik. Kejadian ini sudah barang tentu akan menyebabkan bertambahnya volume kendaraan di jalan raya karena setiap orang yang tadinya hanya memiliki mobil berbahan bakar minyak, juga memiliki mobil listrik. Jika ini terjadi, maka tentu saja hal ini akan menambah kemacetan yang terjadi di kota-kota besar karena jumlah yang sangat banyak. 


4.       Kepentingan politik
 
     Seberhasil-berhasilnya mobil listrik dikembangkan di Indonesia, pada akhirnya terdapat satu gunung besar yang harus dilewati oleh para nasionalis ini, yaitu Kebijakan. Hampir semua tujuan perancang bangun mobil listrik di Indonesia adalah komersialisasi produknya. Produk tersebut dibuat dengan harapan dapat menggantikan keberadaan mobil-mobil berbahan bakar minyak. Nah, masalah justru akan timbul dengan adanya statement “menggantikan keberadaan mobil-mobil berbahan bakar minyak ini.”

     Masalah yang timbul tidak hanya dalam hal teknis, melainkan juga dalam kebijakan dan kepentingan politik. Bagi negara Indonesia, seringkali kendala dalam hal ini menjadi penentu segalanya. Masih banyak para pejabat-pejabat negara ini yang masih mementingkan pribadi dan kelompoknya masing-masing. Fenomena ini ternyata juga tidak hanya terjadi di negeri kita tercinta ini. Menurut kabar burung, di Amerika, terhambatnya perkembangan mobil listrik salah satunya disebabkan oleh tekanan dari para perusahaan minyak. Hingga saat ini, tidak ada mobil listrik yang sukses bertahan di negara-negara maju tersebut. Mobil yang lebih bisa bertahan hingga saat ini adalah mobil-mobil yang bertenaga hybrid (mobil dengan 2 sumber penggerak, bbm dan listrik) karena dipandang, mobil tersebut lebih realistis dibandingkan hanya menggunakan tenaga listrik saja. Maka dari itu, hingga saat ini, penggunaan minyak di ranah transportasi memang sangat dominan.

    Sementara itu, fenomena yang terjadi sedikit berbeda dengan yang dialami di luar negeri. Di Indonesia, tekanan dari perusahaan minyak mungkin tidak terlalu besar namun perusahaan otomatif asing lah yang memiliki pengaruh besar di sini. Hampir semua produk-produk transportasi yang ada di Indonesia ini adalah produk dari negara lain. Di sisi lain, data BPS menyebutkan bahwa jumlah motor di Indonesia mencapai 68juta sedangkan jumlah mobil penumpang di Indonesia mencapai 9,5 juta. Data ini mengalami peningkatan yang drastis sejak tahun 2003, dimana saat itu jumlah sepeda motor di Indonesia hanya 19juta dan mobil sebanyak 3,7 juta. Melonjaknya jumlah motor dan mobil di Indonesia saat ini merupakan akibat dari minimnya sarana prasarana transportasi umum dan semakin banyaknya jumlah produsen-produsen otomatif asing yang masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, berdasarkan banyaknya jumlah sepeda motor dan mobil tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan asing tersebut memiliki pasar yang sangat besar di negeri kita tercinta ini.

Jika anda sebagai seorang pedagang, sudah barang tentu anda akan menjaga sedemikian rupa sehingga konsumen anda tetap setia pada anda. Inilah yang akan terjadi juga pada perusahaan-perusahaan asing tersebut, jika produk mobil listrik siap dijual ke Indonesia. Mereka akan berusaha sedemikian rupa sehingga rakyat Indonesia produk mereka. Segala upaya akan mereka lakukan baik dari inovasi secara teknis, kebijakan financial, hingga kebijakan politik. Nah, jika sudah memasuki pengaruh secara politik, sementara para penegak negara masih kurang amanah dalam melaksanakan perannya, maka niscaya impian untuk memiliki mobil listrik Indonesia akan sirna.



Saya kira, dengan ulasan di atas merupakan sebuah alasan yang logis jika mobil ilstrik tidak akan berhasil di Indonesia, setidaknya untuk dalam jangka dekat ini. Dibutuhkan suatu integrasi yang ekstraordinari untuk mewujudkan itu semua. Namun demikian, saya sebagai penulis tetap lebih memilih penggunaan tenaga-tenaga listrik untuk transportasi umum karena selain mengurangi penggunaan BBM, adanya transportasi umum yang baik dan cepat akan memberikan pilihan yang solutif bagi rakyat Indonesia.

Jika ada yang tersinggung dengan tulisan saya ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya dan mohon koreksinya jika terdapat kesalahan saya dalam mengungkapkan ide dalam tulisan ini. Sekian dari saya, terimakasih atas perhatiannya, mudah2an dapat  menjadi wawasan yang baik bagi kita semua.

Salam,
Adrian


20 comments:

  1. indeed,
    saya setuju dengan anda.
    tapi saya agak tergelitik di point 2.
    memang mobil listrik hanya "memusatkan" polusi yang dihasilkan pada pembangkit listrik.
    tapi sama halnya dengan transportasi massal yang "memusatkan" pergerakan manusia menjadi satu pengaturan dan pengendaliannya jadi lebih mudah.
    alat penyaring polusi lebih mudah dipasang di "pusat" dari pada dipasang satu per satu di mobil.
    politik memang menjadi tembok terbesar, anyway di negara US saja pasar mobil listrik tumbang gara2 politik, coba liat film "who kill electric car". itu film yang membahas tentang "pembunuhan" mobil listrik sampai perusahaan pembuatnya menarik semua mobil listrik buatannya.

    untuk masalah transportasi masal saya sangat setuju.tapi dala perancangan sistem transportasinya diselikan beberapa % bertenaga listrik agar pengendalian polusinya juga mudah.
    toh kalo tranportasi massal mesti rutenya tetap jadi listriknya gak harus dalam battery bisa dibuatkan semacam jaringannya sendiri.
    di AS juga kereta listrik menjadi kereta wisata sama seperti kalo anda liat kereta wisata di surakarta. itu bukti bahwa dulu transportasi listrik sempat menjadi primadona samapi akhirnya hanya menjadi sejarah. sangat disayangkan,

    terima kasih,
    senang bisa berdiskusi dengan anda

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, lain kali pake nama aja mas, biar kita bisa kenalan langsung, hahaha.

      ya benar, kalo terpusat polusi akan lebih mudah ditreatment bahkan jenis polusinya bisa lebih seragam. tapi masalahnya, treatment polusi akibat cerobong PLTU setau saya tidak terlalu ketat penggunaannya.

      ya, kalo transportasi massal akan lebih mudah, tapi masalahnya, di Indonesia ini mobil listrik yang lagi hot banget.

      Yap, saya belum pernah nonton, cuman memang kabarnya di amerika itu mobil listrik mati gara2 perusahaan minyak.

      mimpinya manusia sekelas pak habibie aja gagal gara2 politik. politik itu emang kejam bagi para engineer2. hehe :p

      Delete
    2. Maka treatment polusi yang akan dipusatkan juga harus sejalan dengam pengembangan mobil listrik atau transportasi listrik massal.
      Dan hasil penyaringan pasti akan menghasilkan material yang lebih besar, dan pastinya lebih bagus dibandingkan jika polusi yang menyebar dibiarkan begitu saja tidak bisa dimanfaatkan ulang

      Delete
  2. Hampir semua gw setuyu yan. Tapi kalo bagian listrik itu nambah polusi kayaknya kurang tepat. Seperti kita tahu kalau efisiensi pembangkit lebih besar daripada efisiensi motor bakar untuk kendaraan. Lalu efisiensi untuk transmisi listrik AC sendiri besar sekali. Terakhir jika dihitung efisiensi pengubahan AC ke DC juga besar. Nah dengan perbedaan efisiensi yang jauh hampir dua kali lipat dari motor bakar torak, tenaga kendaraan dari listrik setidaknya menghasilkan polusi untuk jumlah energi yang sama akan lebih kecil.

    Selain itu pembangkit listrik non diesel cenderung membangkitkan daya dengan jumlah yang sama besarnya setiap waktu. Jadi ketika penggunaan listrik menurun di satu waktu, kelebihan daya tersebut biasanya dibuang ke motor listrik. Nah, pada waktu-waktu seperti itu lah seharusnya dilakukan pengisian baterai agar listrik tidak terbuang sia-sia. Tapi kondisi seperti ini cenderung tidak menentu sehingga sulit untuk dilakukan massal. Dan lagi kondisi ini sepertinya lebih jarang ditemukan karena sumber listriknya masih kurang dibandingkan konsumsinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin kata2 gw masih ambigu yak. ya intinya, kalo jadi dipindah, yang jelas polusi dari sekitar pembangkit listrik akan lebih banyak dari sebelumnya. urusan setara tidaknya dengan jml polusi yang dihasilkan oleh motor bbm, nah itu yang perlu dianalisis.

      soal itu, kata mas suselo, dia ada itungannya nat. coba tanyain dah, perbandingan mana yang lebih 'ramah' lingkungan.

      udah dapet kerja dimane lu?

      Delete
  3. Indonesia ini people powernya kuat, kenapa gk bersatu aja buat pabrik motor dan mobil sendiri, maksudnya motor dan mobil dari luar distop...
    Kita pasti bisa gk tergantung sama negara lain..
    Semoga...

    Robert Moker

    ReplyDelete
    Replies
    1. idealnya sih gitu, tapi apa pemerindah dan warganya siap untuk itu?

      Delete
  4. Hasil kreatifitas seseorang patut dihargai, begitu juga dalam perkembangan mobil listrik, saya salut dengan pemikir2 tsb. yang menuangkan olah pikirnya dalam sebuah karya teknologi, teruslah berkarya jangan patah semangat, tirulah semangat thomas alpha edison dalam menemukan bola lampu listrik yg membutuhkan 2000 kali percobaan dan kenyataannya semua orang menggunakannya, fokus pada eksperimen abaikan komentator2, he he yang bisanya hanya komentar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sepakat. Hanya terkadang, kita harus mencari jalan yang terbaik diantara solusi2 baik yang ditawarkan :)

      http://irhamna-adrian.blogspot.com/2012/10/mobil-listrik-indonesia.html

      Delete
  5. Analisis berlatarbelakang wawasan yg lumayan luas, tetapi saya menyayangkan kesimpulan-kesimpulannya yg terlalu menggeneralisir hanya untuk membenarkan pendapat utama bahwa mobil listrik tidak akan berhasil di Indonesia.
    Tanpa mengurangi penghargaan pada karya tulis ini dan penulisnya, saya tidak sependapat dengan sikap skeptik dari isi tulisan ini.
    BBM pasti akan habis, tetapi teknologi akan terus berkembang, dan atmosfir politik Indonesia akan semakin baik.
    Saat ini teknologi mobil listrik belum cukup matang. Dan infrastruktur pendukung belum tersebar. Namun akan ada saatnya dimana teknologi mobil listrik menjadi sangat efisien sekaligus terjangkau. Didukung oleh infra struktur yang mencukupi. Dan semua itu tersedia karena atmosfir politik yang mendukung.
    Kita harus mengabaikan sikap skeptis ataupun pesimis, dan terus berinovasi.
    Mobil listrik HARUS berhasil di Indonesia. Atau pada saat BBM habis kita hanya bisa bergerak sejauh kemampuan kita mengayuh sepeda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih sudah berkunjung dan sudah memberikan kritiknya, Pak Fajar.

      Ya, mungkin terkesan skeptis. tp sebenernya judul tulisan ini juga biar kontroversi dan biar tulisan saya bisa dibaca orang, siapa tahu dibaca juga sama Pak Menteri BUMN. hehe.

      bukan saya tidak mendukung green energy, menurut pandangan orang awam seperti saya, akan jauh lebih memungkinkan jika tenaga listrik itu digunakan untuk transportasi massal, seperti bus listrik atau kereta listrik. selain bisa mengangkut orang yang lebih banyak, infrastruktur yang dibangun akan lebih mudah jika dibandingkan harus membangun tempat instalasi2 "penge-charge-an" listrik.

      pernah saya bahas dengan lebih "teknis"di tulisan satunya, monggo.
      http://irhamna-adrian.blogspot.com/2012/10/mobil-listrik-indonesia.html

      cmiiw

      Delete
  6. lebih baik kembangkan teknologi panel surya agar dengan luasan sedikit dapat menghasilkan listrik berdaya besar, kalo itu terwujud maka dapat dipakai pada mobil listrik dengan sumber panel tersebut

    ReplyDelete
    Replies
    1. sedang dalam perkembangan dan memang diakui sbg salah satu sumber energi yang menjanjikan.
      Yang menantang adalah, bagaimana kita menyimpan energi surya ini, untuk keperluan di malam hari. Belum lagi jika kita ingin mendapatkan mobil yang bersel surya, tapi dengan bentuk bodi yang baik. Tentunya riset pengembangan tentang bahan pembuatan sel surya akan sangat diperlukan

      Delete
  7. kalo boleh nambahin, kenapa indonesia tidak membangun pltn, seperti negara negara maju lainnya, kan lumayan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apakah rakyat kita dan pemerintahnya sudah siap dengan resiko nya? Bahkan negara seperi Jepang yang sangat "akrab" dengan Nuklir saja, sedang kembali ke pembangkit2 berbahan bakar batubara.

      Delete
  8. tulisannya menarik sekali. saya pribadi setuju banget kalau misalnya kendaraan listrik di fokuskan di transportasi masal. kalau sekarang diproduksi masal. nanti bukan pemadaman bergilir lagi, tapi pemadaman berjamaah bisa bisa =))
    selain itu saya juga kuatir dengan ketersediaan cadangan bahan bakar fosil di indonesia. ada artikel http://www.alpensteel.com/article/51-113-energi-lain-lain/2334-kebijakan-energi-untuk-penyediaan-tenaga-listrik.pdf menyebutkan lebih dari 70% pembangkit listrik kita bahan bakar fosil.... mau gimana coba? ok lah polusi bisa disaring blablabla. tapi ujung ujungnya cadangan kita habis dalam sekian dekade kedepan. nuklir gak ada, plta pltm minim... datanglah era kegelapan =))
    mudah mudahan semua berjalan seiring, kendaraan listrik+pembangkit listrik energi terbarukan+infrastruktur, barulah diikuti produksi masal mobil listrik.

    ReplyDelete
  9. Kalau mobil listrik di pasarkan bisa bisa pertamina ngamuk dan PLN gigit jari.....itulah kenyataan yg harus di hadapi pertamina dan PLN.....
    Tapi sekarang saya tidak bergantung dgn pertamina dan PLN krn sy bisa merancang listrik dengan tenaga surya
    Dengan memiliki solar panel dengan ukuran 6 kali 7 meter + aki basah 100 ah sebanyak 9 buah + inverter +stabiliser dengan alat kebutuhan charging dan kebutuhan listrik bisa terpenuhi.....bahkan tak perlu bergantung ama elpigi murahan yg gak bermutu....krn punya kompor listrik yg aman dari kebakaran.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Elpigi memang murahan. Nyatanya terjangkau untuk banyak masyarakat
      Perusahan untuk itu tentunya memikirkan kantong masyarakat dan keuntungan
      Jika tidak ada yang beli sekalipun itu lebih efisien dan lebih bagus. Maka perusahaan tidak bisa bertahan hingga itu terwujud menjadi pilihan masyarakat

      Delete
  10. terimakasih atas infonya,
    semoga bermanfaat.
    MOBA

    ReplyDelete